Meneruskan postingan tentang PTK Matematika Kelas IV SD tentang konsep bangun ruang dengan
menggunakan alat peraga konkret dengan judul Penggunaan Alat Peraga
Konkrit untuk Peningkatan Keaktifan dan Hasil
Belajar Matematika tentang Konsep Bangun Ruang di Kelas IV SD. Berikut ini BAB II tentang Kajian Pustaka.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakekat Matematika
Pengertian Matematika
Menurut James dalam Ruseffendi, dkk (1996: 27) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Reys dkk. dalam Ruseffendi, dkk. (1996: 28) mengemukakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau cara berpikir, suatu seni suatu bahasa dan suatu alat.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang mempelajari pola berfikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logis, serta bahasa dan penelaahannya yang dibangun melalui proses penalaran deduktif.
SK dan KD Matematika kelas IV semester 2.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014, SK dan KD Matematika kelas IV semester 2 adalah sebagai berikut:
SK: 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar.
KD: 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Fokus penelitian ini adalah pada standar kompetensi memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar dengan kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
2. Alat Peraga
Hakikat Alat Peraga
Gagne menerapkan alat peraga sebagai sumber. Alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang merangsang siswa untuk belajar. Schramm, seperti yang dikutip oleh Nasution. (1998), melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Sementara itu Briggs, seperti yang dikutip oleh Nasution. (1998), berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran.
Menurut Soeparno (1987:2) pada hakikatnya adalah suatu alat yang digunakan untuk memvisualkan suatu konsep tertentu saja. Misalnya seorang guru Matematika mengajarkan balok dengan menggunakan alat peraga berupa kardus bekas kemasan produk makanan yang berbentuk balok.
2. Fungsi Alat Peraga
Berdasarkan definisi-definisi alat peraga di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa alat peraga berfungsi sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi.
Menurut Sukartiniwi (1996) seperti dikutip oleh Purnomo (2007) alat peraga dapat berfungsi sebagai berikut:
1) meningkatkan motivasi siswa;
2) mencegah kebosanan siswa dalam pembelajaran;
3) menjadikan pembelajaran lebih sistematis;
4) memudahkan siswa memahami instruksi guru;
5) memperkuat pemahaman siswa pada konteks pembelajaran.
Menurut Sydney Micro Skill seperti dikutip oleh Purnomo (2007) alat peraga berfungsi sebagai berikut:
1) membangkitkan dan menjaga ketertarikan siswa;
2) merangsang otak siswa untuk berfikir dengan landasan konkrit;
3) mendapatkan pemahaman yang tinggi secara efisien; dan tingkat permanensi dalam pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan alat peraga konkrit, sehingga hasil belajar siswa rendah, karena siswa hanya mendengarkan penjelasan guru yang membosankan. Setelah dilakukan diskusi dengan teman sejawat, kemudian dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan alat peraga konkrit dan siswa dibagi menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 anak.
Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat namun belum mencapai angka ketuntasan yang diharapkan, untuk itu kemudian dilakukan perbaikan siklus II.
Pada siklus II pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga konkrit dengan 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Hasil belajar siklus II meningkat dan telah mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut:
- Penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika tentang konsep bangun ruang.
- Penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang konsep bangun ruang pada siswa kelas IV SD Tahun Pelajaran 2013/2014
D. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa baik secara klasikal maupun individual. Secara individual, siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes formatif 70 atau lebih.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah jika ada peningkatan hasil belajar secara klasikal dan individual, serta minimal 90% dari siswa tuntas dalam belajar, maka intervensi yang dilakukan dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan keaktifan siswa diamati saat pembelajaran berlangsung, siswa menjawab maupun mengajukan pertanyaan, interaksi antar siswa ketika siswa melakukan diskusi, dalam kegiatan diskusi dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam kelompok, ketepatan waktu siswa dalam menyelesaikan tugas.
Data peningkatan keaktifan siswa diperoleh dari lembar pengamatan.
Kriteria peningkatan keaktifan siswa diukur dengan pedoman penilaian sebagai berikut:
1. Nilai 50-59 kategori D=Kurang.
2. Nilai 60-69 kategori C=Cukup.
3. Nilai 70-79 kategori B=Baik.
4. Nilai ≥80 kategori Amat Baik.
Baca Juga:
BAB I PTK Alat Peraga Konkrit Matematika Kelas IV
PTK Matematika BAB III tentang Alat Peraga Konkrit Kelas IV