Mata pelajaran IPA erat hubungannya dengan alam dan benda di sekitar kita, apalagi di kelas II. Pembelajaran IPA di kelas II harus menerapkan metode CTL
contextual teaching learning, yaitu pembelajaran yang langsung menggunakan keadaan sebenarnya di alam sekitar. Berikut ini Contoh PTK IPA Kelas II BAB IV tentang alat peraga konkret.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Studi Awal
Hasil penelitian yang dilakukan pada studi awal dapat dijabarakan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Tes Formatif Studi Awal
(Bagian ini diisi tabel daftar nilai siswa)
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata studi awal adalah 64,2. Studi awal terdapat 8 siswa yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 11 siswa belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.
(di sini diisi grafik sesuai daftar nilai di atas)
Gambar 4.1. Grafik Ketuntasan Studi Awal (dalam persen)Grafik ketuntasan belajar studi awal di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, terdapat 8 siswa atau 42% yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 11 siswa atau 58% belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.
2. Siklus I
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dapat dijabarakan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai Tes Formatif Siklus INilai rata-rata siklus I adalah 70, siswa yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih ada 10 anak, sedangkan 9 siswa belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.
Gambar 4.2. Grafik Ketuntasan Siklus I (dalam persen)
Grafik ketuntasan belajar siklus I di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, terdapat 10 siswa atau 53% yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan 9 siswa atau 47% belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh masih di bawah nilai ketuntasan, yaitu di bawah 70.
3. Siklus II
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus II dapat dijabarakan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Nilai Tes Formatif Siklus IIPembelajaran siklus II telah berhasil. Nilai rata-rata siklus II adalah 85,8, seluruh siswa yang telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih.
Gambar 4.3. Grafik Ketuntasan Siklus II (dalam persen)Grafik ketuntasan belajar siklus II di atas menunjukkan bahwa setelah diadakan tes evaluasi, seluruh siswa atau 100% telah mencapai KKM dengan mendapat nilai 70 atau lebih.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Studi awal pelaksanaan pembelajaran IPA tentang konsep bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan diperoleh hasil yang rendah. Hal ini terbukti bahwa data perolehan nilai studi awal dari jumlah 19 siswa baru 8 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, rata-rata nilai kelas 64,2. Hasil belajar studi awal ditunjukkan dengan nilai tes evaluasi. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 42%, yaitu 8 siswa, sedangkan 11 siswa atau 58% nilai hasil evaluasinya masih di bawah angka criteria ketuntasan minimal.
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Tes Studi Awal dengan Siklus IGambar 4.4. Grafik Perbandingan Studi Awal dengan Siklus I (dalam persen)
Pembelajaran studi awal yang dilakukan oleh guru kurang efektif, pembelajaran tidak dirancang dengan baik, pembelajaran masih berpusat pada guru, kegiatan pembelajaran tidak memberdayakan potensi siswa, sehingga siswa pasif dan potensi siswa tidak tergali. Kegiatan pembelajaran yang diharapkan seperti dalam buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003: 5-6) pembelajaran secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual setiap siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran siklus I menerapkan pembelajaran IPA yang efektif yang dicerminkan dengan tingginya kadar on-task (aktivitas edukatif) dan rendahnya kadar off-task (aktivitas nonedukatif) siswa dalam pembelajaran. Menurut Belen (2003: 42) salah satu upaya untuk meningkatkan kadar on-task adalah mengembangkan kegiatan hand-on (psikomotor) dan mind-on (kognitif) melalui sejumlah keterampilan (skill) yang dilakukan siswa dalam kelas. Kegiatan pembelajaran siklus I siswa lebih aktif dibandingkan studi awal, dengan melakukan pengamatan terhadap gambar dan kegiatan menggambar bagian-bagian utama hewan, siswa terlihat aktif, sehingga pembelajaran telah lebih efektif yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa studi awal baru mencapai 42%, pada siklus I hasil belajar mengalami kenaikan menjadi 53 %, hal ini terjadi setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan alat peraga berupa gambar bagian-bagian utama hewan.
Meskipun kegiatan pembelajaran siklus I telah mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut belum seperti yang diharapkan pada indikator kinerja penelitian, oleh karena itu guru harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan merubah rancangan pembelajaran pada pelaksanaan kegiatan penelitian berikutnya pada kegiatan pembelajaran siklus II.
Berikut ini perbandingan hasil belajar siklus I dengan siklus II setelah dilakukan perubahan rancangan pembelajaran:
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Tes Siklus I dengan Siklus IIGambar 4.5. Grafik Perbandingan Siklus I dengan Siklus II (dalam persen)
Pembelajaran siklus I telah menerapkan pembelajaran IPA yang efektif yang dicerminkan dengan tingginya kadar
on-task (aktivitas edukatif) dan rendahnya kadar off-task (aktivitas nonedukatif) siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami kenaikan menjadi 53 %, meskipun demikian, namun peningkatan tersebut belum seperti yang diharapkan pada indikator kinerja penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran siklus II dirancang seperti yang diungkapkan oleh Nasution, sebagaimana dikutip oleh Udin S. Winata Putra (2006: 915), pada dasarnya siswa memiliki minat (
Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (
Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar.
Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadirkan di dalam kelas, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah alat peraga.
Alat peraga konkrit untuk menjelaskan konsep bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan adalah ayam, hewan lain di sekitar sekolah, dan tumbuhan di halaman sekolah. Alat peraga konkrit di atas digunakan sebagai bahan pengamatan dan menjelaskan tentang konsep bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan.
Penerapan alat peraga konkrit pada siklus II telah meningkatkan hasil belajar siswa dari 53% pada siklus I menjadi 100% siswa tuntas belajar pada siklus II, sehingga dengan demikian penelitian perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II.
Contoh PTK BAB selanjutnya dan selengkapnya silahkan cari di arsip (archives) atau daftar isi blog ini, semoga bisa membantu.