Contoh PTK dan Proposal - Contoh BAB II PTK IPA Kelas IV SD Media Tumbuhan Kenaikan
Pengkat - Berikut ini contoh laporan PTK IPA Kelas IV SD
untuk persyaratana kenaikan pangkat jabatan guru dengan judul Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Media Tumbuhan pada
Siswa Kelas IV SD Negeri …………… Tahun Pelajaran ………………
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993: 13). Hilgard, Ernest R., dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Pengertian belajar menurut Suharsimi (1993: 19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
b. Jenis-Jenis Belajar
Jenis-jenis belajar menurut Djamarah (2011) meliputi belajar arti kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis, belajar konsep, belajar kaidah, belajar berpikir, belajar keterampilan motorik, dan belajar estetis.
Jenis-jenis belajar menurut Syah (1996) meliputi belajar abstrak, keterampilan, social, pemecahan masalah, rasional, kebiasaan, apresiasi, dan belajar pengetahuan.
Jenis-jenis belajar menurut Slameto (2007) meliputi belajar bagian, dengan wawasan, diskriminatif, global/keseluruhan, incidental, instrumental, intersional, laten, mental, produktif, dan belajar verbal.
c. Tujuan Belajar
Belajar bertujuan untuk:
1) mengadakan perubahan tingkah laku di dalam diri seorang;
2) mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik;
3) mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya;
4) meningkatkan keterampilan atau kecakapan; dan
5) menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
2. Hasil Evaluasi Belajar
a. Pengertian
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkoro (2007:47) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. (lark dalam Angkoro, 2007:50) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah adalah 70% dipengaruhi oleh siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Bloom dkk, tujuan atau hasil belajar digolongkan menjadi tiga dominan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian hasil belajar ke dalam dominan kognitif, afektif dan psikomotor sifatnya tidak terpisah secara tegas, artinya, pada waktu mengembangkan hasil belajar kognitif tidak berarti guru tersebut tidak mengembangkan hasil belajar afektif dan psikomotor. Pembagian ini dilakukan mengingat mata pelajaran memiliki ciri-ciri tertentu tugas untuk mengembangkan hasil belajar yang tertentu pula.
Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom dkk, dominan kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Jenis-Jenis Evaluasi
1) Evaluasi program pembelajaran adalah evaluasi
yang mencakup tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, dan aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
2) Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
3) Evaluasi hasil pembelajaran mencakup tingkat penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
c. Bentuk-Bentuk Evaluasi
1) Evaluasi formatif adalah Evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topic, dan di maksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran telah berjalan sebagaimna yang direncanakan.
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan atau materi, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit yang berikutnya.
3) Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat di berikan perlakuan yang tepat.
d. Langkah-langkah Evaluasi
1) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.
2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik.
3) Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan teknik tes atau teknik non tes.
4) Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.
5) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
6) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri.
3. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai Mata Pelajaran
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Herlen dalam Dahar R.W (1992:3) seperti yang diucapkan Einstein: “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought”, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi satu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991:3-5) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA pada siswa, tetapi juga ikut membina kepribadian anak.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk:
a. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek di sekitar lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.
Anak SD sudah mampu mengklasifikasikan bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir kebalikan misalnya merpati termasuk burung, burung itu bertelur maka anak dapat menyimpulkan bahwa merpati dapat bertelur. Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia dapat membuat hipotesis sederhana. (Wahyana, 1997:298).
Ruang lingkup IPA di SD mencangkup mahluk hidup dan proses kehidupannya, materi sifat-sifat dan kegunaannya, kesehatan dan makanan, penyakit dan pemecahannya, membudayakan alam dan kegunaannya, pemeliharaan dan pelestariannya.
4. Struktur dan Fungsi Daun dalam Silabus
a. Silabus IPA Kelas IV
1) Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
2) Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.
3) Indikator
Mengidentifikasi bagian daun tumbuhan dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri.
b. Struktur dan Fungsi Daun
Menurut teori perkembangan Jean Piaget bahwa siswa SD berada pada tahap operasi kongkret (7-12 tahun). Pada tahap ini anak memandang dunia secara objektif, sehingga untuk lebih menarik rasa ingin tahu siswa yang kuat, penggunaan benda-benda kongkret sangat diperlukan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini alat peraga kongkret yang digunakan adalah benda nyata, yaitu tumbuhan dan lebih dikhususkan lagi pada daun tumbuhan.
1) Struktur Daun
Gambar 2.1. Bagian-Bagian Daun
Daun dibedakan menjadi dua macam, yaitu daun lengkap dan daun tidak lengkap. Daun dikatakan lengkap jika terdiri atas tiga bagian, yaitu pelepah, tangkai, dan helaian daun. Contoh tumbuhan yang memiliki daun lengkap adalah pisang. Daun tanaman pisang terdiri atas bagian pelepah, tangkai, dan helaian daun. Daun tidak lengkap adalah daun yang hanya tersusun atas 1-2 bagian saja. Contoh tumbuhan yang memiliki daun tidak lengkap adalah mangga. Daun pohon mangga hanya terdiri atas bagian tangkai dan helaian daun saja.
Bagian-bagian daun lengkap terdiri atas tulang daun, helai daun, tangkai daun, dan pelepah daun. Contoh daun yang memiliki bagian-bagian lengkap, antara lain daun pisang dan daun apaya.
Di alam, kebanyakan tumbuhan memiliki daun yang tidak lengkap. Misalnya, ada daun yang hanya terdiri atas tangkai dan helai daun saja, contohnya daun mangga, ada pula daun yang hanya terdiri atas pelepah dan helai daun saja, contohnya daun padi dan pepaya.
Selain itu, daun juga memiliki urat. Urat daun adalah susunan pembuluh pengangkut pada daun. Tumbuhan monokotil memiliki urat daun yang memanjang dari pangkal ke ujung daun secara sejajar.
Tumbuhan dikotil memiliki urat daun yang membentuk jaring. Urat daun tersebut bercabang-cabang hingga menjadi percabangan kecil dan membentuk susunan seperti jaring atau jala.
Gambar 2.2 Tulang Daun Menyirip
Daun mangga, daun jambu, dan daun nangka memiliki tulang daun yang berbentuk seperti sirip. Tulang daun tersusun rapi mulai dari tangkai daun hingga ujung helai daun. Oleh karena itu, bentuk tulang daun seperti ini disebut bertulang daun menyirip.
Gambar 2.3 Tulang Daun menjari
Pada daun singkong terdapat lebih dari satu tulang daun besar. Bentuk daunnya seperti jari. Daun pepaya dan daun jarak memiliki bentuk tulang daun menjari seperti singkong.
Gambar 3.4 Tulang Daun Sejajar
Daun jagung, tebu, padi, dan alang-alang memiliki tulang daun berbentuk seperti garis-garis sejajar. Tulang daun tersebut sejajar mulai dari pangkal daun hingga ujung daun. Biasanya bentuk daunnya panjang-panjang.
2) Fungsi Daun
Bagi tumbuhan, daun memiliki beberapa kegunaan. Misalnya, sebagai tempat pembuatan makanan, pernapasan, dan penguapan.
a) Pembuatan makanan. Daun berguna sebagai dapur tumbuhan. Di dalam daun terjadi proses pembuatan makanan (pemasakan makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses hidupnya dan jika lebih disimpan.
b) Pernapasan. Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan melepas oksigen ke udara. Proses inilah yang menyebabkan kamu merasa nyaman saat berada di bawah pohon pada siang hari.
c) Penguapan. Tidak semua air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air ini jika tidak dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati. Sebagian air yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun dalam bentuk uap air. Pada malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun. Proses ini disebut gutasi.
d) Bagi manusia, daun dapat digunakan sebagai bahan makanan, contohnya daun apaya dan singkong; obat-obatan, contohnya daun jeruk dan jambu biji; rempah-rempah, contohnya daun salam jeruk. Pernahkah kamu diobati dengan menggunakan daun? Daun apakah yang dipakai?
5. Media dalam pembelajaran
a. Pengertian
Media adalah alat-alat yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan/pembelajaran kepada siswanya. Dalam praktiknya alat bantu lebih sering disebut sebagai peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu (materi/bahan ajar) di dalam proses pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
Media menurut Arsyad (2002) adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa suatu bahan atau alat. Media merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengetahui sesuatu hal.
Media diartikan sebagai bentuk yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. (Basyirudin Usman. 2002: 12).
Media berperan sebagai alat bantu belajar yang bisa digunakan sendiri oleh siswa atas bimbingan guru, dalam pembelajaran media digunakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru dalam memberikan atau menyampaikan pelajaran.
b. Macam-Macam Media Pembelajaran
Macam-macam media pembelajaran menurut Winataputra (2005) meliputi media visual, media audio, dan media audio-visual. Ketiga jenis media pembelajaran tersebut harus dipahami oleh para guru. Dari masing-masing jenis media tersebut terdapat beberapa bentuk media yang dapat dikembangkan dalam belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran tergantung pada tujuan pembelajaran, sifat bahan ajar, ketersediaan media, dan kemampuan guru dalam menggunakannya.
Media pembelajaran yang sering dipakai dalam pembelajaran adalah media visual yang meliputi gambar, grafis, realia/konkret, dan model. Media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang diharapkan.
Media tumbuhan atau bisa juga disebut alat peraga kongkret adalah metode mengajar dengan cara memperagakan benda nyata atau barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah.2000: 15).
Pakar lain menyebutkan (Syaiful Bahri Djamarah.2000: 10) Alat peraga kongkret adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Manfaat psikologis pedagogis dari alat peraga kongkret adalah:
1) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
2) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajarai.
3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Dradjat. 1985:45).
c. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media
Kelebihan penggunaan media dalam pembelajaran adalah:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis, atau lisan).
2) Mengatasi perbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model.
3) Menimbulkan kegairahan belajar.
4) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
5) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing.
Kekurangan penggunaan media dalam pembelajaran adalah terlalu menekankan pada penguasaan materi dari pada proses pengembangannya.
B. Kerangka Berpikir
Secara garis besar kerangka pemikiran dari uraian di atas dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian ini adalah:
1. Penggunaan media tumbuhan akan dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar.
2. Penggunaan media tumbuhan akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3. Penggunaan media tumbuhan akan dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang struktur daun dan fungsinya.
D. Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Indikator dan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah:
1. Proses perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih (sesuai KKM).
2. Proses perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
Baca selanjutnya:
Contoh BAB III PTK Kelas IV SD IPA Media Tumbuhan Kenaikan Pengkat
Demikian Contoh BAB II PTK IPA Kelas IV SD Media Tumbuhan Kenaikan
Pengkat, semoga bermanfaat.