Contoh PTK dan Proposal - BAB 4 Contoh Laporan PTK Penjas Atletik Lompat
Loncat Kenaikan Pangkat - Berikut ini contoh laporan PTK untuk
persyaratan kenaikan pangkat guru SD mata pelajaran penjaskes tentang
atletik gerak dasar lompat dan loncat dengan judul: Upaya Meningkatkan
Penguasaan Gerak Dasar Lompat Dan Loncat Melalui
Pendekatan Bermain Dan Media Bantu Pada Siswa Kelas V Sd Negeri …. Tahun
Pelajaran ….:
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian tentang penguasaan gerak dasar lompat dan loncat ini dimulai dengan kegiatan pratindakan, yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mendapatkan data awal sebagai dasar pengambilan tindakan tiap siklusnya. Hasil belajar pratindakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Pratindakan
Tabel di atas menunjukkan tingkat ketuntasan yang belum mencapai KKM yang diharapkan, dari 32 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, baru 10 siswa (31,25%) yang telah dapat menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik dan sisanya 22 siswa (68,75%) masih belum menguasai gerak tersebut dengan baik.
Pada pratindakan, siswa terlihat masih banyak yang menginjak media bantu dalam melakukan pendaratan, siswa masih belum bisa berkonsentrasi dan masih ragu dalam melakukan lompatan maupun loncatan, sehingga akibatnya penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa sangat rendah.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menggunakan pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa. Siklus I diperoleh persentase penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa sebagai berikut:
Tabel 4 Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus I
Tabel di atas menunjukkan bahwa, 19 siswa (59,38%) telah menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik dan sisanya 13 siswa (40,62%) masih belum menguasai gerak tersebut dengan baik.
Keberhasilan tindakan pembelajaran siklus I dicapai setelah peneliti melakukan pembelajaran melalui pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu. Siswa memperlihatkan minat yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat, sehingga penguasaan gerak dasar lompat dan loncat sedikit demi sedikit meningkat, namun belum semua siswa dapat menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik, ini dikarenakan masih banyak siswa yang tidak konsentrasi pada pembelajaran, mereka bermain sendiri dan bahkan ada yang masih bercanda dengan teman.
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat telah meningkat, akan tetapi persentase peningkatannya belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, oleh karena itu, untuk memaksimalkan pembelajaran dan mencapai tingkat ketuntasan belajar yang disyaratkan perlu dilakukan perbaikan pembelajaran selanjutnya, yaitu tindakan pembelajaran siklus II.
1. Siklus II
Tindakan pembelajaran siklus II merupakan lanjutan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I. Tindakan siklus II, peneliti menggunakan pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa. Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa siklus II sebagai berikut:
Tabel 5 Persentase Penguasaan Gerak Dasar Lompat dan Loncat Siswa Siklus II
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa pada siklus II telah mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan, yaitu 30 siswa (93,75%) telah dapat menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran siklus II ini telah berhasil sesuai dengan kriteria ketuntasan yang disyaratkan.
Keberhasilan tindakan pembelajaran siklus II dicapai setelah peneliti melakukan pembelajaran melalui pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu. Siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat, siswa merasa tertantang dan bersaing untuk dapat melakukan gerak dasar lompat dan loncat dengan baik dan melakukan pendaratan pada daerah yang telah ditentukan tanpa menyentuh media bantu.
Kegiatan pembelajaran semakin hidup, siswa berkompetisi dengan sehat untuk dapat melakukan gerak dasar lompat dan loncat dengan baik. Suasana pembelajaran menjadi semakin kondusif, semua siswa terlihat antusias melakukan gerak dasar lompat dan loncat berulang-ulang dengan baik.
Pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu dalam pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat telah berhasil menarik minat belajar seluruh siswa, sehingga tingkat penguasaan gerak dasar lompat dan loncat meningkat. Persentase peningkatan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, oleh karena itu, pembelajaran telah dapat dikatakan berhasil, untuk itu kegiatan perbaikan pembelajaran ini dihentikan pada siklus II.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Perbandingan perkembangan antarsiklus dilakukan untuk mendeskripsikan peningkatan yang dicapai dari satu siklus ke siklus berikutnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hasil deskripsi tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa dari siklus ke siklus. Kegiatan pembelajaran pratindakan diperoleh hasil yang tidak menggembirakan, yaitu dari 32 siswa hanya 10 siswa yang telah menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik dan sisanya 22 siswa belum menguasai gerak tersebut. Hal ini jika dibandingkan dengan siklus I terdapat peningkatan yang menggembirakan, yaitu menjadi 19 siswa yang telah menguasai gerak dasar lompat dan loncat dengan baik.
Persentase peningkatan ketuntasan belajar dari pratindakan ke siklus I adalah dari 31,25% menjadi 59,38%, itu berarti mengalami peningkatan 28,13%. Ini adalah peningkatan yang signifikan. Peningkatan belajar ini terjadi setelah peneliti menggunakan pendekatan bermain dan media bantu berupa ban bekas dan bilah bambu.
Kegiatan penelitian siklus II merupakan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hasil belajar siklus I. Siklus II menunjukkan bahwa, penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa sangat bagus. Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa meningkat dan telah sesuai dengan yang diharapkan, yaitu 30 siswa (93,75%) telah tuntas belajar dan sisanya masih terdapat 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, hal ini disebabkan karena fisik kedua anak tersebut dalam kondisi kurang sehat ketika pembelajaran berlangsung.
Peningkatan angka ketuntasan dari siklus I ke siklus II cukup tinggi, yaitu dari 59,38% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II, ini berarti mengalami peningkatan ketuntasan belajar 34,37%. Peningkatan persentase penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa terjadi setelah peneliti menambah media bantu dengan cone dan bola tenis yang harus dibawa oleh siswa ketika melakukan gerak lompat dan loncat yang kemudian harus diberikan kepada siswa lain tanpa menjatuhkan bola tenis, sehingga siswa merasa tertantang dan semakin aktif mengikuti pembelajaran yang semakin menyenangkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 7 Peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa
D. Pembahasan
Pendekatan bermain dan media bantu pada pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat pada siswa kelas V SD Negeri .... Kecamatan .... Kabupaten .... Tahun Pelajaran .... dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa, suasana kelas menjadi lebih kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.
Pendekatan bermain dan media bantu ban bekas dan bilah bambu pada pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat serta penambahan media bantu berupa cone dan bola tenis merupakan pendekatan yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga para siswa dapat melakukan gerak dasar lompat dan lompat dengan baik dan optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa.
Penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa kelas V SD Negeri .... setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II meningkat secara signifikan. Hal ini dikarenakan siswa lebih berminat dan aktif dalam pembelajaran. Mereka tertarik pada penggunaan media bantu dan latihan yang berbeda-beda tiap siklusnya. Siswa merasa tidak jenuh, bahkan merasa tertantang dengan latihan dan permainan tersebut. Ternyata media bantu yang berupa ban bekas, bilah bambu, cone, dan bola tenis dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan analisis data, pembelajaran menggunakan media bantu dapat meningkatkan penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Arsyad (2002) bahwa, media bantu pendidikan ini disusun menggunakan patokan atau berdasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera. Oleh sebab itu, semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu materi yang diajarkan maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh sasaran pendidikan. Dengan perkataan lain media bantu ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi dari siswa.
Keaktifan belajar siswa telah meningkat, penguasaan gerak dasar lompat dan loncat siswa juga meningkat, siswa lebih berminat, apalagi dengan suasana kompetisi yang tercipta akibat penggunaan media bantu tambahan berupa cone dan bola tenis, sehingga nilai hasil belajarpun secara otomatis meningkat. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran sebanyak 2 siklus, persentase ketuntasan belajar telah mencapai 93,75%.
Meskipun demikian, pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya mementingkan nilai kuantitatif saja, akan tetapi yang paling penting adalah prosesnya. Setelah dilakukan pembelajaran gerak dasar lompat dan loncat menggunakan pendekatan bermain dan media bantu ban bekas, bilah bambu, cone, dan bola tenis, proses pembelajaran menjadi kondusif, siswa terlihat antusias, aktif, dan semangat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dampak akhir yang ingin dicapai berupa meningkatnya kebugaran dan kesehatan siswa dapat tercapai dengan baik.
Baca selanjutnya pada:
Demikian BAB 4 Contoh Laporan PTK Penjas Atletik Lompat Loncat Kenaikan Pangkat, semoga bermanfaat.