Contoh PTK dan Proposal PTK

Contoh PTK, Contoh Proposal PTK, Contoh Judul PTK, Daftar Pustaka, Kajian Pustaka, Teori Pembelajaran, PTK IPA Matematika Bahasa Indonesia Penjaskes PKn IPS

  • Home
  • Naik Pangkat
  • IPA
  • MTK
  • BI
  • Penjaskes
  • IPS
  • PKn
  • B Iggr
Home » BAB II Tinjauan Pustaka » IPA » Kelas II » Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru

Sunday, October 20, 2013

Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru



Berikut ini Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru dengan judul

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONKRIT PADA SISWA KELAS II SD TAHUN PELAJARAN 2013/2014



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

  1. Kajian Pustaka
1.      Pengertian IPA
IPA yang merupakan kependekan dari Ilmu Pengetahuan Alam secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.
Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan.
Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Menurut Herlen (1992: 3) ucapan Enstein: “science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought”.
Mempertegas bahwa IPA merupakan bentuk uapaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana dikemukakan oleh Dahar RW. (1996: 15-16), sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut Dahar, sekurang-kurangnya ada tujuh ruang lingkup pemahaman IPA, yaitu:
a.       IPA sebagai Kumpulan Pengetahuan
b.      IPA sebagai suatu Proses Penelusuran (investigation)
c.       IPA sebagai Kumpulan Nilai
d.      IPA sebagai Cara untuk Mengenal Dunia
e.       IPA sebagai Institusi Sosial
f.       IPA sebagai Hasil Konstruksi Manusia
g.      IPA sebagai Bagian dari Kehidupan Sehari-Hari
Ruang lingkup IPA sebagaimana diungkapkan oleh Ristasa (2009:17) dapat dikategorikan ke dalam tiga Dimensi, yaitu dimensi produk, Dimensi proses, dan dimensisikap.
Whyne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Primary Science menjelaskan Sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar yang dimunculkan ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah:
a.       Sikap ingin tahu (curiosity);
b.      Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality);
c.       Sikap kerjasama (cooperation);
d.      Sikap tidak putus asa (perseverance);
e.       Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness);
f.       Sikap mawas diri (self critism);
g.      Sikap tanggung jawab (responsibility);
h.      Sikap berpikir bebas (independence in thinking);
i.        Sikap kedisiplinan (self discipline).
Dari keseluruhan uraian tentang hakikat IPA di atas, kiranya cukup jelas bahwa pendidikan IPA itu bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teori, melainkan suatu proses dan sikap.

2.      Pembelajaran IPA yang Efektif
Dalam buku Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif (Depdiknas, 2003:5-6) pembelajaran secara umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual setiap siswa.
Ada baiknya jika guru yang akan merancang pembelajaran IPA di Sekolah Dasar memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran efektif yang memberdayakan potensi siswa sebagaimana diuraikan pada buku tersebut (Depdiknas, 2003: 7-11). Ketujuh ciri itu adalah:
a.       Berpijak pada ciri konstruktivisme.
b.      Berpusat pada siswa.
c.       Belajar dengan mengalami.
d.      Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional.
e.       Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
f.       Belajar sepanjang hayat.
g.      Perpaduan kemandirian dan kerjasama.
Pembelajaran IPA yang efektif juga dicerminkan oleh tingginya kadar on-task (aktivitas edukatif) dan rendahnya kadar off-task (aktivitas nonedukatif) siswa dalam pembelajaran. Menurut Belen (2003: 42) salah satu upaya untuk meningkatkan kadar on-task adalah mengembangkan kegiatan hand-on (psikomotor) dan mind-on (kognitif) melalui sejumlah keterampilan (skill) yang dilakukan siswa dalam kelas.
3.      Pembelajaran Aktif
Model pendekatan pembelajaran aktif menurut S. Belen (2003: 12-24) adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh pengajar.
Suasana pembelajaran aktif adalah suasana belajar mengajar yang membuat siswa melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi.
4.      Hasil Belajar Pemahaman
Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah melalui kegiatan belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:391) disebutkan bahwa hasil adalah: 1) Sesuatu yang diadakan atau dibuat, atau dijadikan dsb untuk usaha. 2) Pendapat, perolehan, buah. 3) Akibat. 4) Pajak, sewa tanah.
Jhon M. Kella dalam Mulyono (2007:391) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemprosesan sebagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut dikelompokan menjadi personal input dan environmental input.
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkowo (2007: 47) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa. (Lark dalam Angkowo, 2007: 50) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
5.      Kesungguhan Belajar
Secara umum banyak yang mengaitkan kesungguhan belajar dengan minat dan motivasi. Kesungguhan merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi (dalam Pintrich dan Schunk, 1996 seperti dikutip, Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007: 33).
Menurut Krapp, Hidi, dan Remninger seperti dikutip, Hera Lestari Mikarsa, dkk (2007: 35) “Kesungguhan merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.”
6.      Alat Peraga Konkrit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:24), alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar Supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti oleh anak didik.
Menurut Jean Piaget, sebagaimana dikutip oleh Abin Syamsudin (2006:17), perkembangan kognitif anak sekolah dasar berada pada tahap perkembangan operasional konkrit. Pada anak usia ini akan lebih mudah dipahami jika menggunakan objek-objek konkrit dan anak terlibat langsung di dalamnya.
Menurut Nasution, sebagaimana dikutip oleh Udin S. Winata Putra (2006:915), pada dasarnya siswa memiliki minat (Sense of Interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (Sense of Reality). Upaya untuk mengembangkan dua potensi siswa tersebut, guru dituntut untuk dapat menentukan sumber pembelajaran yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar.
Sumber belajar yang dapat dengan mudah dihadirkan di dalam kelas, sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah alat peraga.
Alat peraga konkrit untuk menjelaskan konsep bagian utama hewan dan tumbuhan adalah ayam, hewan lain di sekitar sekolah, dan tumbuhan di halaman sekolah. Alat peraga konkrit di atas digunakan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan tentang konsep bagian utama hewan dan tumbuhan.

  1. Kerangka Berpikir
Belajar menggunakan alat peraga konkrit menekankan bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari. Untuk itu diperlukan ketepatan media yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu alat peraga konkrit. Pada proses pembelajaran, diharapkan penanaman fakta dan konsep benar-benar melalui proses yang dialami langsung oleh siswa. Dengan penggunaan alat peraga konkrit diharapkan akan meningkatkan tujuan pembelajaran. Melalui pembelajaran seperti ini akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa yang pada akhirnya akan mampu memperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian dapat dibuat bagan sebagai berikut:


Gambar 2.1  Bagan Kerangka Berpikir
  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakannya adalah “penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep bagian utama hewan dan tumbuhan”.

          E.     Indikator Kinerja Penelitian
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah adanya peningkatan prestasi belajar siswa baik secara klasikal maupun individual. Secara individual, siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes formatif 70 atau lebih.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah jika ada peningkatan hasil belajar secara klasikal dan individual, serta minimal 90% dari siswa tuntas dalam belajar, maka intervensi yang dilakukan dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan keaktifan siswa diamati saat pembelajaran berlangsung, siswa menjawab maupun mengajukan pertanyaan, interaksi antar siswa ketika siswa melakukan kerja kelompok, dalam kegiatan kerja kelompok dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam. Data peningkatan keaktifan siswa diperoleh dari lembar pengamatan.
Kriteria peningkatan keaktifan siswa diukur dengan pedoman penilaian sebagai berikut:
1.      Nilai 50-59 kategori D = Kurang
2.      Nilai 60-69 kategori C = Cukup
3.      Nilai 70-79 kategori B = Baik
4.      Nilai ≥ 80 kategori A = Amat Baik

Baca Juga:

Contoh PTK IPA Kelas II Terbaru BAB I

Contoh PTK IPA BAB III Kelas II Terbaru

Demikian Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru dengan judul

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA KONKRIT PADA SISWA KELAS II SD TAHUN PELAJARAN 2013/2014, semoga bermanfaat.
f
Share
t
Tweet
g+
Share
?
Unknown
8:04 PM

1 komentar untuk "Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru"

  1. UnknownNovember 4, 2014 at 3:48 PM

    terimah kasih dg contoh proposal ptknya banyak membantu saya dalam penyelesaian laporan ptkyg sedang saya susun. walaupun dalam penulisan saya masih jauh dari laporan untuk dikatakan baik.semoga kedepannya ulasan - ulasannya tidak terhenti dimana senantiasa kmi tunggu

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
Add comment
Load more...

Berminat contoh PTK lengkap plus RPP dan lampiran?
Silahkan SMS ke 081328239660

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Find Us :
Berminat contoh PTK lengkap plus RPP dan lampirannya? Silahkan SMS ke 081328239660

Contoh PTK Terbaru

Recent Post no Thumbnail by Contoh PTK Proposal
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2015 (42)
    • ►  September (1)
    • ►  April (41)
  • ►  2014 (27)
    • ►  February (27)
  • ▼  2013 (4)
    • ▼  October (2)
      • Contoh PTK IPA Kelas II BAB II Terbaru
      • Contoh PTK IPA Kelas II Terbaru BAB I
    • ►  September (2)

Labels

  • Abstrak
  • BAB I Pendahuluan
  • BAB II Tinjauan Pustaka
  • BAB III Metode Penelitian
  • BAB IV Pelaksanaan dan Hasil
  • BAB V Kesimpulan
  • Bahasa Indonesia
  • Daftar Pustaka
  • IPA
  • Judul PTK
  • Kelas II
  • Kelas III
  • Kelas IV
  • Kelas V
  • Kelas VI
  • Kenaikan Pangkat
  • Matematika
  • Motto Persembahan
  • Penjaskes
  • Proposal PTK

About Me

Unknown
View my complete profile

Search

Copyright 2013 Contoh PTK dan Proposal PTK - All Rights Reserved
Template by Mas Sugeng - Powered by Blogger